Day 5 #30DayWritingChallenge

Are you early or nocturnal? Write the pros and cons of being one.

Kepinginnya sih nokturnal, tapi kehidupan mengharuskan saya untuk bangun lebih awal, agar rejeki nggak dipatok ayam.

Selama kurang lebih dua puluh tahun hidup, saya dituntut untuk (bisa) bangun pagi, bukan tanpa alasan. Sekolah dari mulai dasar sampai kejuruan mengatur siswa nya untuk masuk tepat pukul 7, bahkan beberapa orang mungkin harus bangun lebih awal untuk menyiapkan segala kebutuhan dia, seperti membuat sarapan atau ngulet di dalem selimut dulu misalnya (?) Siklus itu berlangsung hingga saya kemudian masuk ke dunia kerja, yang mana kalau telat semenit aja rasanya bisa menjadi ranjau bagi mood saya seharian.

Tapi nyatanya, kebiasaan bangun pagi nggak menjadikan saya terbiasa untuk bangun pagi pula ketika libur dari segala aktivitas dunia. Hari libur adalah pemuas hasrat balas dendam selama kurang lebih enam hari berkutat dan bergumul dengan pekerjaan. Atau, cukup ngulet dan rebahan aja itu sudah menjadi nikmat tersendiri bagi sendi-sendi saya yang kaku karena kebanyakan duduk. Masalahnya, mungkin saya akan dianggap pemalas, apalagi bagi kaum perempuan yang selalu diberikan ekspektasi untuk seumur hidupnya bangun pagi, beres-beres, olahraga, fafifu wasweswos lainnya. Padahal semua gender berhak untuk bangun siang, dan nggak usah heran kalau ada orang yang jam 8 baru bangun, padahal jam 8 itu masih termasuk pagi loh. Nggak usah heran juga kalau ada orang yang bangun jam 10, kamu nggak tau alesan dibalik dia bangun jam segitu, tapi kalau misalnya dia bangun jam segitu sehabis males-malesan seharian itu patut untuk kamu siram.

Jadi saya bukan tipikal orang yang keranjingan untuk bagun pagi, apalagi akhir-akhir ini rasanya bodo amat buat bangun pagi yang penting hasrat tidur saya terpenuhi. Tapi apakah berarti saya orang yang ‘ngalong’ juga? Saya nggak seberpengalaman kawanan ngalong lain sih. Bahasa ngalong saya ambil dari kelelawar yang termasuk jenis hewan nokturnal alias aktif di malam hari, sama hal nya dengan saya yang kadang jam tiga dini hari pun masih melek, waktu malam adalah saat dimana saya bisa mencoba hal-hal baru, atau menyelesaikan hobi yang tertunda akibat seharian kerja, atau cuma karena nggak bisa tidur aja, sekaligus sebagai ajang untuk sedikit menenangkan diri.

Maka dari itu kamu nggak perlu merasa bersalah, karena ngalong pun bisa menjadi cara terbaik untuk menyayangi diri sendiri. Bahkan, untuk beberapa orang termasuk mereka yang ‘berkutat’ dengan dunia kreatif seperti desainer, penulis, content creator, dan hal seni lainnya. Malam hari adalah jam yang berharga untuk mereka mendapatkan secercah inspirasi, mereka menganggap malam hari adalah jam-jam tenang, tanpa diganggu dengan kesibukan yang biasanya terjadi ketika siang, seperti notifikasi gawai, suara bising dari tetangga yang lagi bangun rumah, anak kecil yang merengek minta jajan, knalpot motor cempreng bikin pusing, atau bahkan suara mangkuk dari mang bakso mengingatkan kamu yang nggak punya uang.

Kamu nggak akan pernah sadar betapa nyaman nya suasana malam kalau kamu nggak mencoba. Mungkin, masalah nggak tidur semaleman bagi saya yang kerja siang nya adalah ngantuk dan ketiduran di kantor, udah itu ajasi. Kadang bikin pusing tapi bisa saya atasi dengan tidur di toilet.


Tulisan ini dibuat untuk meningkatkan kembali konsistensi saya dalam menulis, karena dua bulan lamanya nggak menulis apa-apa, males berkedok nggak dapet inspirasi. Bagi orang yang bisa melawan rasa malasnya mungkin saya bakal kena semprot karena nyalahin inspirasi bagi kesalahan sendiri. Ok 30 Day Writing Challenge.

Tinggalkan komentar