Nge-Review Novel Critical Eleven

@j.dhaiwin

Critical Eleven
Karya Oleh : Ika Natassa

Novel dengan genre romance ini menceritakan tentang kehidupan seorang lelaki dan perempuan,
suami dan istri, Anya dan Ale. bertemu di pesawat kemudian saling jatuh cinta, kemudian menikah.
Lalu karena suatu kejadian yang dialami sang istri Anya, akhirnya mereka pun melangsungkan
‘Perang dingin’.

Critical Eleven adalah buku kedua dari Ika Anatassa yang sudah saya baca, buku pertama yaitu Antologi Rasa, dan rasanya saya lebih suka buku itu. Meskipun, buku ini memiliki napas yang sama metropopnya, seperti bahasa, dan kehidupan. Alur yang digunakan dalam cerita ini pun kadang membahas masa lalu sang tokoh saat ada hal yang bikin mereka inget kembali, lalu nanti kembali lagi ke masa sekarang, dan ini faktor yang sangat membantu, mengingat di awal cerita setelah pertemuan mereka didalam pesawat, ceritanya jadi tiba-tiba sudah menjadi sepasang suami, istri, dan semakin dibuat bingung dengan keadaan mereka yang melaksanakan ‘perang dingin’.

Respon saya langsung seperti, “Loh, ini gimana kok tiba-tiba nikah terus ribut.”

Karena seingat saya, sepengalaman membaca buku, dengan dihadiahinya alur seperti ini rasanya belum pernah, pun untuk mengetahui penyebab mereka ‘perang dingin’ ini lumayan cukup lama, kamus harus membacanya telebih dulu sampe bab keberapa tuh, baru ngeuh masalah mereka apa, kenapa mereka sampe ribut. Lalu sama hal nya seperti cerita-cerita yang lain, yang menggunakan alur maju mundur, narasi hampir memenuhi sebagian dari cerita daripada dialog tokoh-tokohnya. it’s fine, ga terlalu masalah, tapi beberapa saya lewat atau bisa dibilang dalam mode fast reading, lompat-lompat gitu gitu nyari langsung ke bagian inti. Walaupun begitu, saya masih ngikutin alur cerita biar nggak ada missleading.

Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang sang tokoh, Anya dan Ale.
Anya menceritakan perasaan, keadaan dan apa yang dia pikirin tentang Ale dan sebaliknya. Hal ini bikin kita bisa paham hal yang dirasain dan apa yang dipikirin oleh masing-masing tokoh, bagaimana cara Anya menyikapi masalah dan semua yang Ale lakukan, dan bagaimana Ale merespon semua yang Anya lakukan. Dicerita ini juga saya suka percakapan yang dibangun diantara Anya dan Ale. Harris, Raisa, Tara dan Agnes, ngalir aja gitu pas baca. Terkadang dibeberapa dialog ada yang membuat saya sampe ketawa, bagian yang paling saya suka juga adalah saat salah satu dari mereka, entah itu Anya atau Ale menceritakan kisah sweet yang dilakukan dulu.

Dalam cerita ini banyak hal yang bisa dipelajari, entah itu dari cara kita menyikapi masalah didalam rumah tangga, tanpa menggunakan kata-kata, bahasa dan perilaku kasar, tanpa membuat keputusan yang tidak menggunakan akal sehat. Karena saat saya ngikutin cerita ini, kadang saya berpikir kenapa ga cerai aja sih, biar ga usah saling menyakiti. Tapi akhirnya saya tau, cara itu ga menyelesaikan masalah apapun. (dalam konteks), juga tentang gimana kamu sebaiknya bersikap kepada suami dan sebaliknya suami kepada istri meskipun misalnya kamu dan pasangan lagi ada masalah sampe mengharuskan untuk ‘Perang Dingin’.

Namun, ending dari cerita ini bikin saya agak kesel sih. Soalnya kaya “Loh gini aja? ending nya kaya gini? dari semua lika-liku masalah, ending nya gini?” Ok. Atau mungkin karena saya aja yang terlalu berharap, padahal seharusnya manusia nggak boleh berharap terlalu berlebihan agar nanti nggak kena mental pas nyatanya nggak sesuai harapan.

ya gitulah kira kira.